Cahaya mentari pagi sudah meninggi, menandakan hari baru telah dimulai. Meski masih terbilang pagi, namun cahaya yang begitu terik cukup membuat keringat keluar bercucuran. Seperti menandakan bahwa kegiatan yang sedari tadi dilakukan oleh pria yang menjadi relawan ini harus dihentikan sejenak untuk meluruskan otot-otot yang telah diforsir.

            Ia adalah seorang pria lanjut usia asal Cimahi, Bandung, yang bernama Bapak Sarino (70). Bapak Sarino adalah seorang relawan di KSM SADAR yang begitu rajin dan tak mengenal kata pamrih. Dalam menjalani kesehariannya, Bapak Surino aktif menjadi relawan di KSM SADAR yang ada di Kota Cimahi ini. Bapak Sarino sudah mengabdikan dirinya di KSM SADAR ini selama lebih kurang sembilan tahun. Dengan upah yang tak seberapa, setiap hari Bapak Sarino harus mendorong gerobak sampah dengan tenaga yang tidak lagi sekuat anak-anak muda. Tanpa bisa menikmati masa tua nya yang seharusnya ia habiskan dengan bersantai di rumah bersama dengan keluarga tercinta, ia lebih memilih untuk membenahi lingkungan oleh orang-orang yang tampaknya sangat tidak peduli.

            “Yah udah tua gini yah, kalo didiemin malah sakit, jadi kata Ustad Wijayanto itu orang yang udah lansia bukan mencari nafkah cuman untuk gerak jadi kalo tidak digerakan nanti sakit. Saya digaji 400 ribu sebulan yah cukup ga cukup lah, dulu mah sampe sempet cuman 25 ribu sebulan. Tapi yah saya disini bukan berniat mencari nafkah, kalo gak ada yang ngebersihin sampah nanti nasib warga gimana, gitukan” begitulah jawaban yang dituturkan oleh sosok yang mulia ini ketika kami wawancarai di daerah Cimahi ini.

            Rasa peduli yang besar dari Bapak Sarino inilah yang membuatnya bertahan.  Meskipun sudah tua, namun Bapak Sarino bukanlah seorang kakek yang lemah. Dengan semangat yang menggelora layaknya anak muda membuatnya mampu melalui suka maupun duka termasuk segala cemoohan yang datang kepadanya. Ia melakukan ini pun tidak semata untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi lebih karena mementingkan bagaimana nasib warga setempat kelak jika sampah-sampah ini dibiarkan berserakan tanpa ada yang peduli untuk membersihkannya.

            Begitupula hal yang dikatakan oleh seorang pencetus KSM SADAR—Bapak Dede. Beliau merasa  apabila prioritas utama yang beliau cari adalah uang, mungkin ia tidak akan bertahan sampai detik ini. “Yah kalo kita bicara soal bisnis, soal uang, mungkin semua ini gakan ada yang mau nerusin. Siapa sih yang mau lahan pribadinya dijadikan TPST seperti ini? Mungkin kalau sudah dijadikan kontrakan saya udah dapet untung besar. Kalo sudah bicara soal untung dan rugi nanti ya hanya akan terfokus pada untung rugi saja, sedangkan masalah sampah, masalah paling utamanya akan terbengalai tidak beres. Tapi ya saya ingin membantu warga dan pemerintah soal sampah. Soal imbalannya berapa mah, da ya rejeki mah udah ada yang ngatur, ga dapat didunia juga mungkin nanti dibayar di akhirat” tuturnya sambil tersenyum tulus. Ya, senyum tulus yang menggambarkan sifat rendah hati atas perbuatannya.

            Walau kemungkinan besar Bapak Dede ini memang tidak mendapatkan apa-apa dari usaha yang ia lakukan, tapi setidaknya beliau mampu membuat perubahan yang besar disaat orang lain berleha-leha dan bersikap tidak peduli pada tempat yang mereka tinggali. Orientasi beliau adalah akhirat, maka ia melakukan segalanya dengan penuh keikhlasan, agar kelak mendapatkan pahala untuk di akhirat.

            Besar harapan yang tersirat dari sorot matanya ketika kami menanyakan apa yang beliau harapkan dari masyarakat sekitar agar masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, “Mulailah hargai orang sekitarmu, kita masih beruntung karena ada pihak yang bersedia mengurus sampah kita seperti KSM SADAR ini, apa yang terjadi jika mereka sudah tidak ada? Apa yang akan kita lakukan kelak? Apa yang akan terjadi kelak? Bukan bantuan uang saja yang dibutuhkan mereka, tapi rasa peduli kita akan lingkungan kita sendiri. Misalnya dimulai dengan hal kecil, berupa pemilahan sampah dari rumah sendiri dengan memisahkan sampah organik dan anorganik sehingga dapat memudahkan petugas kebersihan mengolah sampah tersebut. Jangan melihat dari satu sisi saja, tapi lihat dari sisi lain. Mulailah peduli akan kebersihan, karena “kebersihan merupakan segalanya dari iman”, itulah jawaban yang muncul dari seorang laki-laki paruh baya berhati tulus ini.

            Permasalahan sampah di negeri kita ini seperti tidak kunjung menemukan titik cerah mengenai solusi yang layak dilakukan oleh seluruh masyarakat. Banyak generasi-generasi muda saat ini yang merasa iba ketika melihat kakek-kakek atau nenek-nenek berseragam kuning menyapu jalan dengan peluh keringat yang bercucuran, namun tidak melakukan apa-apa. Di sekolah tentu diajarkan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, bahkan kini dianjurkan untuk membuang sampah sesuai jenisnya sehingga pemerintah pun sudah menempatkan tempat-tempat sampah dengan berbagai jenis itu di pinggir jalan. Tetapi bagaimana hasilnya? Nihil. Masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, yang justru malah semakin memberatkan para pekerja   PU ini. Semoga kelak negeri kita mampu menemukan solusi yang tepat mengenai permasalahan sampah ini sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan sehat untuk masa depan anak cucu kita dan generasi-generasi berikutnya.

Language
Scroll to Top