Cahaya Eksistensi Kampung Boneka Sukamulya Kian Redup

Kampung Boneka ? Anda pasti tidak percaya ada perkampungan yang dinamakan dengan Kampung Boneka di Bandung. Jangan salah sangka dulu, Kampung Boneka bukan berarti penduduknya boneka. Tetapi, ada ratusan bahkan ribuan boneka lucu beraneka rupa di sini saat itu. Yap, begitulah kenapa bisa dinamakan Kampung Boneka.

            Kampung Boneka berawal dari sebuah desa biasa yang bernama desa Sukamulya. Lokasinya tak jauh dari Mall kebanggaan si Kota Kembang, Paris Van Java. Tepatnya berada di Babakan Jeruk, Kecamatan Sukajadi sekitar 300 dari kantor camat Sukamulya.

            Kehadiran ribuan boneka di desa Sukamulya ubu, tak terlepas dari gagasan Haji Ade selaku pengagas Kampung Boneka. Pada tahun 1990-an Haji Ade merintis usaha sebagai pengarajin boneka. Boneka-boneka buatan Ade murni hasil jahitan tangan. Usaha kerajinan boneka Haji Ade mendapatkan tempat di hati masyarakat. Orderan boneka pun selalu ada setiap hari. Disaat moment-moment tertentu seperti tahun baru, valentine, Natal atau hari besar lainnya, orderan Haji Ade bisa dua kali lipat lebih banyak.

            Omset pun meroket dan Haji Ade dapat mempekerjakan warga setempat untuk membantu kegiatan produksi disamping memperbaiki perekonomian masyarakat sekitaran desa Sukamulya. Melihat keberhasilan usaha kerajinan boneka Haji Ade, masyarakat setempat pun satu persatu tertarik untuk mengikuti langkahnya. Sampai pada akhirnya Haji Ade wafat dan usaha bonekanya dilanjutkan oleh Kiki Junaedi, sang menantu. Maka pelan-pelan kawasan ini dikenal sebagai sentra pembuatan boneka.

            Persaingan usaha pun kian ketat bahkan sering terjadi banting harga yang membuat atmosfer usaha di kawasan tersebut menjadi tidak sehat. Pada tahun 1997 adalah masa kejayaan para perajin. Ketika usaha lain kena imbas krisis moneter, mereka malah kedatangan klien yang lebih besar untuk dimasukan ke mal. Maka terjadilah pergeseran segementasi pasar. Yang sebelumnya di kelas bawah kini produksi dibuat untuk kelas menengah atas.

            Namun seiring krisis moneter terjadi, para perajin juga mulai kehilangan bahan baku. Pabrik-pabrik yang biasa menyediakan kain limbah untuk pembuatan boneka pelan-pelan mengalami kemunduran. Harga bahan baku yang meroket membuat para perajin dengan modal minim terpaksa harus gulung tikar. Tahun 2002 jumlah perajin menyusut drastis, dari 100 perajin berkurang menjadi 17 unit usaha. Walaupun begitu, pada tahun 2009 kawasan ini diresmikan oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada menjadi satu dari enam sentra industry di Kota Bandung yang berupaya untuk meningkatkan pertembuhan ekonomi di Kota Bandung.

Lalu apa kabar Kampung Boneka Sukamulya hari ini? Di tahun 2016 ini cahaya eksistensi Kampung Boneka kian meredup. Kini di kawasan tersebut hanya menyisakan 3 unit usaha boneka yang masih bertahan. Yang bertahan ialah mereka yang memiliki modal yang besar dan dapat mengalahkan pesaingnya yang bermodalkan kecil, hukum kapitalis berlaku disini. Saat ini jarang ditemui warga sekitar kawasan Sukamulya yang sibuk membuat boneka. Tak ditemukan lagi kapas, kain-kain, dan perajin di sepanjang jalan, gang-gang rumah yang serius mengejar target pesanan customer.

Kini para perajin Boneka yang sudah gulung tikar beralih profesi, ada yang membuka warung nasi, menjadi pegawai hotel, atau ada pula yang membuka bisnis kos-kosan memanfaatkan kamar yang dulu pernah menjadi gudang boneka supaya tidak terbengkalai. Dibalik keadaan industri boneka yang meredup ditengah gelombang era-nya Masyarakat Ekonomu ASEAN, tidak menutup kemungkinan para perajin boneka dapat kembali bersaing dikancah ASEAN maupun global. Semoga kedepannya cahaya eksistensi Kampung Boneka Sukamulya kembali terang membantu meningkatkan perekonomiaan masyarakat sekitar.

(AH, DKK)