SINAR TERANG KASIH IBU

“Kasih ibu kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hanya memberi, tak harap kembali Bagai sang surya menyinari dunia”

Penggalan lagu diatas sangat menggambarkan bahwa kasih ibu memang tiada tandingannya, kasih sayang ibu yang tulus bagaikan pelita di tengah kegelapan. Ibu adalah wanita yang penyayang , sabar namun juga tegas dalam mendidik anak anaknya. Ida Rosida adalah seorang ibu dari 4 anak, lahir pada tanggal 9 April 1969 dan menikah dengan ayah saya yang sekarang menjadi mantan suaminya pada tahun 1989. Mereka dipertemukan oleh waktu dan tempat yang sama, satu pekerjaan lalu menjadi satu hati walau akhirnya harus berpisah setelah 25 tahun bersama, dari pernikahan pertama nya ia dikaruniai 3 orang anak. Perjuangannya sebagai single parent saat itu tidaklah mudah, ia harus bekerja banting tulang melayani pelanggan di sebuah perusahaan air bersih juga sesekali ia berjualan tas sampai kosmetik hanya demi “uang jajan” anaknya. Ibu saya adalah wanita yang tangguh dan tegas dalam mengambil keputusan, terlebih saat memilih berpisah dengan ayah saya yang sudah menemaninya selama lebih dari 2 dekade, walaupun sulit tetapi ibu saya tetap tegar dan menahan tangisnya di depan anaknya. Hubungannya dengan mantan suami sangat amat baik walaupun pada awal perceraian ada saja masalah yang dihadapi, tetapi ibu sudah memaafkan semuanya dan mengajarkan kepada saya bahwa memaafkan lebih baik. Itulah yang saya salut dari ibu saya.

5 tahun menjadi single parent akhirnya ia menemukan cinta lamanya ketika di bangku kuliah dulu, seorang duda dengan 1 anak yang masih berusia 5 tahun saat mereka menikah. Anak itu berkebutuhan khusus sehingga perlu tenaga ekstra untuk mengurusnya tetapi ibu dengan kelembutannya senantiasa mengurus anak tirinya dengan sepenuh hati, tidak pernah sekalipun ibu memarahinya meskipun anak itu bukan anak yang keluar dari rahimnya namun ia sangat teramat menyayanginya dengan sepenuh hati. Ibu selalu mengajarkan kepada anak anaknya untuk selalu sabar sabar dan sabar, itu semua tergambar dari sifat ibu yang penyabar, sabar dalam menyikapi suatu masalah dan selalu siap menghadapi masalah apapun itu. Setelah menikah dengan suami barunya, ibu saya memilih berhenti mengabdi di perusahaan yang sudah menemani waktunya selama 24 tahun lamanya demi mengurus keluarga, untuk mengisi waktu senggang ibu biasanya menulis di sebuah forum media sosial terkait resep resep masakan yang baru ia coba, hobinya memasak selain untuk mengisi waktu luang juga menjadi ladang rejeki karena ia sering menerima pesanan masakan. Pernah satu waktu saat masa setelah ibu saya bercerai, ibu pernah terlilit hutang sehingga ibu terpaksa banting tulang dengan lebih keras. Setiap pagi sebelum pergi bekerja di kantor, ia menyempatkan diri untuk membuat pesanan makanan. Tapi ia tidak pernah terlihat sedih, namun selalu senyum dan semangat hingga akhirnya ibu bisa terlepas dari jeratan hutang yang tidak sedikit jumlahnya.

Ibu adalah malaikat tanpa sayap yang diturunkan tuhan ke bumi dengan segala ketulusannya serta kelembutan yang ia berikan untuk anak anaknya, pengorbanannya tidak ternilai harganya bahkan disaat titik terendah dalam hidupnya, ia tetap semangat mencari nafkah sebagai orangtua tunggal. Ia juga senantiasa merawat anak anaknya hingga tumbuh sehat, “mau makan sama apa aa teteh, dek?” kata itulah yang selalu ia ucapkan bahkan hingga saat ini. Semua yang dilakukan ibu menunjukan bahwa ialah malaikat berhati mulia yang tuhan berikan untuk saya, kakak, dan adik. Meski sedang sakit ia selalu menunjukan bahwa ia tidak apa apa, dengan mata teduhnya ia berkata “ gak apa, nanti juga sembuh jangan lebay”, semua itu dilakukan demi kebaikan anak anaknya. Kini anaknya sudah semakin dewasa dan ibu semakin tua namun secara fisik ibu 15 tahun lebih muda dari umurnya karena ibu menjalani hidup sehat. Bagi saya ibu lebih dari seorang pahlawan, ia adalah malaikat yang menyinari hati anak anaknya.