PAHLAWAN YANG SEBENARNYA

Pertama-tama, aku ingin semua orang mengetahui bagaimana perasaanku, namun pada kenyataannya, sangat sulit bagiku untuk mengingat kembali bagaimana perjalanan yang sudah kulalui selama dua puluh tahun terakhir ini. Karena itu, aku sedikit kesulitan ketika ingin menggambarkan siapa sosok pahlawan dalam hidupku, siapa orang yang terus mengilhamiku selama dua puluh tahun itu. Aku percaya, semua orang di seluruh dunia memiliki pahlawan mereka sendiri, seorang pahlawan yang hidup di dalam hati mereka sendiri. Pahlawan yang menginspirasi orang-orang atau orang-orang yang mengaguminya sebagai pahlawan.

Setelah berusaha keras untuk menemukan “pahlawanku yang sebenarnya”, akhirnya aku menyadari siapa sebenarnya pahlawanku. Pahlawanku adalah orang yang telah memberikan begitu banyak hal, yang telah mengajariku tentang segala hal, yang telah menunjukkan kepadaku betapa indahnya hidup ini, dan secara bertahap seiring bertambahnya usia dan menjadi lebih dewasa, pahlawanku telah membukakan mataku pada sebuah kenyataan. Bahwa hidup tidak selalu indah dan bahagia seperti dalam dongeng, tetapi hidup lebih dari itu. Pahlawanku telah menjelaskan kepadaku bahwa hidup bisa sangat kejam. Setiap orang harus berjuang keras untuk mewujudkan semua impian mereka dan menjadi orang yang sukses.

Mungkin, karena pahlawanku hidup sangat dekat denganku, aku tidak menyadari bahwa orang inilah yang telah menginspirasiku. Satu-satunya pahlawan sejati itu adalah ibuku. Namanya adalah Titin Surtini. Ia lahir di Sumedang, pada tanggal 13 Februari 1963. Ibuku adalah anak kelima di keluarganya dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama, Engko, dan ibunya bernama, Murnah. Dia memiliki empatsaudara perempuan dan 2 saudara laki-laki, yang selalu mencintai dan merawatnya. Mungkin, karena itu, dia menjadi orang yang ceria, ramah dan menyenangkan. Dia ingin semua orang merasa nyaman ketika mereka ada di sekitarnya. Semua orang sangat suka berbicara dan mengobrol dengannya.

Ketika ibuku berusia 26 tahun, ayahku menikahinya dan mereka memiliki dua orang anak, termasuk aku. Namun pernikahannya itu tidak berjalan dengan baik, mereka memutuskan untuk berpisah ketika umurku 10 tahun. Meski begitu, Ibuku tidak pernah menyerah terhadapku dan selalu menyayangi kedua anaknya, Ia tidak pernah menunjukan rasa sedihnya didepan kami, selalu menunjukan keteguhan hatinya, terus memberikan semangat dan cintanya.

Apa yang kutulis di atas hanyalah cerita singkat tentang sosok pahlawanku. Aku tahu semua orang yang membaca cerita ini akan memiliki pertanyaan besar di benak mereka, seperti mengapa aku memilihnya sebagai seorang pahlawan. Sebenarnya, ibuku bukan pahlawan yang populer, dan mungkin dia bukan pahlawan untuk semua orang, tetapi satu hal yang aku tahu pasti, Ia akan selalu menjadi pahlawan di hatiku.

Seperti yang aku katakan sebelumnya, ibuku selalu menghujani aku dengan cinta dan kesabarannya. Mungkin ini karena aku anak terakhir di keluargaku, jadi aku sangat dekat dengannya. Ibuku selalu mendukungku untuk menjadi orang yang lebih baik, orang yang selalu percaya diri dan memiliki banyak teman, dan membuat orang lain merasa nyaman. Sebelum dia menasihatiku, aku biasanya kehilangan kepercayaan pada diriku sendiri. Aku tidak pernah percaya pada kemampuanku. Aku selalu merasa bahwa apa yang aku lakukan tidak baik dan membutuhkan orang lain untuk memperbaikinya. Tetapi ibuku ingin aku memiliki kepercayaan diri, karena dia melihat bahwa aku BISA melakukan hal-hal dengan baik. Jadi ibuku selalu berkata kepadaku, “kamu bisa melakukannya, ibu percaya padamu”.

Apa yang dia katakan membuka mataku untuk melihat ke dalam diriku sendiri, untuk melihat bahwa aku memiliki kapasitas untuk melakukannya, dan aku menyadari bahwa aku tidak perlu khawatir apabila aku sudah melakukan yang terbaik dan bekerja keras. Sejak saat itu, aku menjadi lebih percaya diri setiap hari. Dia selalu mendorongku untuk melakukan banyak kegiatan positif, sehingga aku dapat mengembangkan diri dan bertemu banyak teman baru. Dia juga mengatakan kepadaku, bahwa setelah aku melakukan yang terbaik, jangan lupa untuk berdoa. Dan, jika aku berhasil, aku masih harus menjaga diriku tetap rendah hati. Sekarang aku tahu, karena ibuku dan orang lain yang selalu mencintai dan mendukungku, aku bisa menjadi diriku yang sekarang, seorang individu yang selalu ingin menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih, Bu, untuk semuanya. Aku sayang padamu.