Kehebatan Juga Bisa Berasal dari Alasan Yang Sederhana

“Ibu saya adalah panutan bahkan sebelum saya tahu apa kata itu.” –Lisa Leslie. Saat melihat sosok ibu, tak ada lagi seorang pun yang dapat menyaingi kehebatannya. Seorang ibu bisa menggantikan siapa saja, tapi tidak ada yang bisa menggantikannya. Ibu mengurus bahan makanan, dapur, urusan rumah tangga, keuangan dan bahkan pekerjaan berat untuk seluruh keluarga. Ibu adalah orang pertama yang mengorbankan hidupnya melahirkan anaknya. Ibu mengajari anaknya cara berjalan, berbicara, tersenyum dan melihat dunia lebih indah. Guru pertama setiap anak adalah ibu.

Yuyu Nurhaeni, wanita kelahiran 23 November 1973 di kota kecil yang terletak di Jawa Barat yaitu Sumedang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang kini merupakan sosok ibu bagi dua orang anak. Masa kecilnya beliau habiskan di kampung kelahirannya di desa Tomo, Kabupaten Sumedang. Sejak kecil beliau dikenal sebagai sosok yang hemat berbicara alias jarang mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya dan banyak orang berpikir bahwa beliau sulit didekati dan diajak berbicara. Namun sebenarnya hal tersebut hanyalah satu yang bahkan tidak mengurangi kehebatan dirinya sebagai seorang ibu. Beliau menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Karedok, sekolah yang dekat dengan daerah kediamannya di mana sekolah tersebut memiliki jalan yang sulit untuk ditempuh. Mengingat masa kecilnya berada di masa yang belum berkembang dari segi transportasi dan teknologi, jalan yang harus dilewati adalah jalan yang bisa dibilang cukup menantang adrenalin sosok kecilnya pada masa itu. Cerita ini pernah beliau ceritakan pada kedua anaknya dan sangat menarik perhatian keduanya pada saat itu. Beliau menyebrangi sungai kecil yang memisahkan daerah kediamannya dengan sekolah. Air yang mengalir di sungai tersebut tidak deras dan pada saat itu, beliau hanya merasakan kesenangan meskipun harus menempuh jarak yang menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk sampai ke sekolah bersama teman-temannya.

Beliau melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Jatigede dan menurutnya perjalanan selama SMP merupakan hal terindah dan terbaik yang pernah beliau lalui. Kemudian setelah menempuh pendidikan SMP beliau melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Sumedang. Pada saat itu, beliau hanya mengikuti perintah dari gurunya dalam menentukan sekolah mana yang akan beliau lanjutkan. Namun setelah beberapa bulan, beliau memutuskan untuk pindah ke SMA Negeri Conggeang yang letaknya lebih dekat dengan kediamannya. Satu tahun menempuh pendidikan di SMA, beliau kehilangan sosok yang sangat disayanginya yaitu sang ibu. Masa remajanya sempat terhalang dan bahkan terhenti tanpa bisa melihat kesenangan di hadapannya saat itu. Tetapi beliau percaya bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidupnya bukanlah tanpa alasan dan kepergian sang ibu mungkin merupakan hal yang akan membuatnya mampu melangkahkan kaki dengan lebih tegar di masa depan.

Saat tersebut adalah saat yang paling berat di dalam hidupnya hingga akhirnya beliau menyelesaikan SMA, beliau tersadar akan dirinya yang harus melanjutkan hidup dan melepas dirinya dari belenggu kesedihan. Beliau tidak memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan menuju perguruan tinggi karena keinginannya pada saat itu adalah menjalankan bisnis atau usaha oleh dirinya sendiri. Pada akhirnya, beliau sekarang menjalani kehidupan bersama seorang suami dan kedua anaknya. Beliau sempat menjalani bisnis pakaian dan membuka tempat usaha kecilkecilan namun hanya berlangsung dalam kurun waktu yang singkat karena kesibukannya menjadi ibu rumah tangga. Beliau merelakannya karena baginya keluarga adalah nomor satu dan memilih membantu bisnis sang suami.

Banyak hal yang menjadikan beliau sebagai sosok yang spesial bagi kedua anaknya. Cara pandang beliau terhadap sesuatu yang tidak selalu melihatnya dari satu arah pandangan seperti konsep seorang istri menurutnya. Beliau berpikir bahwa konsep menjadi seorang istri adalah porsi yang ideal menurut masing-masing pribadi, tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang. Seorang wanita tidak terbatas oleh perintah seorang pria dan wanita tidak jadi lemah karena selalu menuruti perintah seorang pria. Semua itu baginya hanya berdasarkan konsep pribadi, tidak ada yang bisa mengatakan apakah menjadi seorang istri yang benar adalah seperti demikian begitu pula sebaliknya. Menjadi seorang ibu, beliau menjalankan perannya dengan maksimal.

Beliau adalah guru yang sederhana dalam artian tidak pernah memaksakan kehendaknya pada kedua anaknya. Beliau menjalani peran sebagai ibu dengan kesederhanaannya yang membuat dirinya menjadi sosok yang luar biasa dengan keinginan besar untuk membesarkan kedua anaknya agar menjadi sukses. Membebaskan cita-cita kedua anak tanpa membatasinya dengan keinginan dan ambisinya karena baginya, mengedepankan kebahagiaan anak-anak selama keduanya bisa mempertanggungjawabkan setiap keputusan dan mampu membedakan mana yang baik dan benar maka tidak ada masalah. Menjalani keseharian di rumah dengan saling bertukar cerita bersama keluarga tanpa rasa canggung sehingga menciptakan suasana keluarga yang hangat dan sehat. Sesederhana itu sosoknya tetapi kehebatannya tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata.