Tandu, sirine, dan lateks menjadi teman di setiap ia menjalani aktivitas pekerjaannya. Menolong didasari kemanusiaan sejatinya menjadi kegiatan yang sangat mulia bagi insan yang menjalaninya. walaupun begitu, tuntutan kehidupan beserta rupiah menjadi alasan mengapa ia selalu menekuni bidang pekerjaanya. Beben merupakan seorang pengemudi mobil jenazah di salah satu rumah sakit yang terkenal di kawasan Jawa Barat tepatnya Kota Bandung. Tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat awam memang, seseorang memilih pekerjaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh masyarakat lainnya. Beben pria asli kelahiran  Cilacap, Jawa Tengah ini banyak mendapatkan pengalaman unik. Jalanan Medan hingga Madura sudah ia lewati. Berbagai kisah mistis telah menjadi makanan setiap ia menjalankan tugasnya. Tak aneh memang, dengan kata jenazah pun kita mampu mengartikan bagaimana sulit dan mengerikannya harus berhadapan langsung dengan sosok yang tidak bernyawa.

Tak pernah terbayangkan oleh Beben mengapa ia harus menjadi seorang pengemudi mobil jenazah. Untuk menyentuh jenazah saja memerlukan keberanian dan keikhlaskan hati karena menghadapi jasad tak bernyawa. Awal mula Beben bertugas, Beben harus menerima kenyataan bahwa jasad tak bernyawalah yang telah ia sentuh. Seminggu telah berlalu, jari jemari Beben masih merasakan hawa dari jasad tak bernyawa yang ia sentuh.

Di tengah menjalani kesibukan kerjanya, Beben tidak mendapatkan upah sedikitpun di setiap bulannya, ia hanya mengharapkan balasan dari sanak keluarga yang telah ia tolong untuk mengantarkan jasadnya. “Sebenarnya gak ada dines, paling pulang 2 minggu sekali, gimana dapet uangnya aja, kan saya ga dapat gaji karena uangnya dari yayasan, beda dengan palang merah” ujar beben dengan raut muka memelas. Sedih memang, dengan segala resiko atas pekerjaan yang ia tekuni, ia tidak mendapatkan uang sepeserpun atas jerih apa yang ia telah lakoni dalam pekerjaannya. Namun ia tetap tabah dan terus menjalani aktifitas pekerjaanya, karena di dalam benaknya setiap pekerjaan yang di dasari atas dasar kemanusiaan akan di balas oleh seseorang yang mempunyai mukjizat dan sudah mengatur rezeki setiap umatnya.

Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh Beben, tentunya tidak pernah dialami oleh seluruh masyarakat Indonesia, kecuali teman se-profesi yang bernasib sama seperti beben yaitu menjadi pengemudi supir jenazah. “Jadi ada motor 3, nyalip 2 mah lolos, tapi yang celaka itu gakeburu jadi nyenggol masuk mobil aqua, ya kan ini bolong sampe itunya keluar, si cewe dadanya belah, terus organ dalemnya keluar kemana mana” ujar beben. Mendengar tragedi nya pun kita merasakan kengerian tersendiri, yang mana seorang manusia mengalami kecelakaan, ditambah organ yang selama ini kita lihat hanya melalui ilustrasi gambar, kini ia menyaksikan hal itu secara langsung. “Engga da udah tugasnya sih, terus sicewe tangan kirinya potong, jadi dua ajah gituh badannya ngebelah” kata beben. Dalam hal ini kita ketahui bahwa ia tidak hanya mengemudi, tapi ia mempunyai tanggung jawab untuk melakukan evakuasi korban, dan mengantarkannya ke pada pihak yang mempunyai tanggung jawab untuk melakukan penyelidikan terhadap identitas atau jasad korban.

 

Berhadapan dengan jasad tak bernyawa sudah menjadi keseharian Beben. Tak hanya menangani jasad yang baru saja meninggal, Beben pun pernah menangani jasad yang seminggu baru diketahui meninggal. Seorang kakek yang tinggal sendirian di sebuah rumah diketahui telah meninggal setelah seminggu berlalu. Bau busuk yang menyengat memberi tanda kepada siapapun yang melewati rumah tersebut bahwa ada jasad yang telah membusuk. Beben yang memang berprofesi sebagai pengemudi mobil jenazah mendapatkan tugas harus menangani jasad kakek. Dengan berbekal masker, sarung tangan lateks, keberanian, dan sebungkus kopi, Bebeb memberanikan diri menangani jenazah kakek. Sebungkus kopi yang ia bawa, ia taburkan di sekeliling jasad kakek yang telah membusuk dengan maksud agar bau busuk tak terlalu menyengat.

 

Hingga saat ini, Beben masih setia dengan profesinya sebagai pengemudi mobil jenazah. Meski hanya mendapat upah yang tak menentu, tak mengubah pendirian Beben untuk tetap melanjutkan profesi ini. Berlandaskan niat tulus yang tertanam di palung hati yang terdalam, Beben yakin rezekinya telah diatur oleh Sang Maha Pencipta. Beben pun mengatakan ia tak lagi menganggap pekerjaan ini sebagai sebuah profesi. Beben sudah menyebut profesinya sebagai hobi yang menyenangkan. Melihat keluarga almarhum yang bisa tersenyum dan mengucapkan kata “Terimakasih” sudah membuat Beben turut bahagia dapat membantu. Hal tersebut yang selalu ditanamkan Beben dalam menjalani profesinya. Beben sadar bahwa ia tak bisa membantu dengan harta, namun ia hanya bisa membantu dengan tenaga agar keluarga dan almarhum dapat bahagia.

 

*S.H/L.R*

Language
Scroll to Top