Goa Sunyaragi; Perjalanan di Kota Bertuah Cirebon

Si Raja siang semakin meninggi saja ketika kami menginjakkan kaki di kota bertuah Cirebon. Mobil yang kami pacu sejak subuh akhirnya tiba di Jantung Kota Cirebon. Tidak berlama-lama kami langsung  mengembalikan tenaga yang sudah mulai terkuras diperjalanan dengan menyantap sarapan pagi. “Makan nasi jamblang khas Cirebon aja ya?” ajak teman kami Dhita si penduduk lokal kota bertuah Cirebon dan kami lekas menghampiri sebuah warung  yang menyediakan nasi jamblang kepada para pengunjungnya. Tidak berlama-lama, kami semua langsung menyantap apa-apa yang kami pesan di warung tersebut.

Cuaca di Kota bertuah semakin membara saja membakar kulit kami. Ini sangat tidak bersahabat dengan kami. Tetesan-tetesan keringat berlahan mengucur membasahi setelan kasual yang kami kenakan. Suasana ini bterus berlanjut hingga kami tiba di tempat persinggahan pertama kami di kota Cirebon. Goa Sunyaragi.  Di gerbang depan kami di sambut oleh  sebuah loket informasi yang mengarahkan kami ke tempat pembelian tiket. Butuh sepuluh ribu rupiah untuk bisa leluasa masuk ke Goa Sunyaragi.

Pelataran Goa sangatlah berbeda dengan apa yang aku bayangkan sebelumnya. Entah kenapa pemandangan itu sangat kontras dengan suasana goa yang tergambar dalam khayalku sebelum tiba di tempat ini. Walau begitu, rasa takjub semakin membuncah melihat suasana disitu. Kami di sambut oleh tulisan Goa Sunyaragi tepat dipelataran goa yang merupakan seperti panggung pertunjungan seni. Tulisan itu penuh warna  dan membuatnya semakin memesona. Tidak luput beragam bunga dalam pot beragam ukuran pun turut ambil bagian. Merekah dalam berbagai wujud warna memperindah suasana. olehnya aku ingin segera bergegas menelususri setiap bagian di dalam Goa Sunyaragi.

Langkah demi langkah sudah kami tapaki  di Goa Sunyaragi. Dinding-dinding goa yang terbuat dari batu karang semakin membuat aku tidak henti-hentinya berdecak kagum. “Bagaimana mungkin bekas batu karang, menjadi Banyak goa di tengah-tengah jantung kota yang jauh dari pesisir?” pekik ku seolah tidak percaya dengan apa yang aku saksikan.

Banyak patung-patung yang kami dapati di tempat ini. Dan keberadaannya semakin memperkaya suasana di kompleks goa. Gajah duduk seolah tersenyum dan mengangkat belalai nya sangatlah mencuri perhatian aku. Sama dengan goa-goa yang ada di sana gajah itu juga terbuat dari tumpukan batu karang yang berwarna abu. Ada juga garuda yang berbadan  manusia yang berusaha melepaskan diri dari lilitan ular besar di sana. Terdapat juga beberapa gapura-gapura yang menyerupai gapura-gapura besar di  pulau dewata Bali. Suasana begitu saja berbaur menjadi satu kesatuan yang indah dan memesona.                                                                                                                        

“Inilah Taman Sari Goa Sunyaragi. Ini adalah taman tempat bermain bagi putra-putri Kesultanan Cirebon. Selain untuk bermain fungsi utama tempat ini adalah untuk menyepi atau bertapa. Makanya kata Sunyaragi itu berasal dari fungsi tempat ini sendiri! Sunya itu sunyi, ragi itu raga.”, tutur salah satu dari pengelola tempat  memberikan pemaparan kepada kami. Sejarah pun mengalir ceritanya seketika itu, sangat sulit untuk aku terima dengan baik di tengah-tengah perkasanya si raja siang  memancarkan aura panasnya saat itu.

Penuturan sejarah kian berlanjut, ku dengar bahwa taman ini berdiri pada tahun 1703 Masehi oleh seorang keturunan kesultanan Cirebon yang bernama Pangeran Kakarangen cicit Sunan Gunung Jati. Perbaduan antara Indonesia klasik dan Hindu adalah teknik dasar bangunan yang menjadikannya kian memesona di jantung kota Cirebon. Sesekali taman ini telah disentuh dengan tangan-tangan berbeda tepatnya pada tahun 1852 untuk mempertahankan keindahannya setelah dirusak oleh Belanda pada tahun 1787. Begitulah sejarah mengalir di tengah hari waktu itu.Semakin aku mendengar ceritanya semakin aku mengerti betapa Goa ini sangat memesona dan berharga. Ini adalah aset yang harus dijaga dan dipertahankan oleh kaula muda. Kami pun mengakhiri perjalanan di Goa Sunyaragi tepat tengah hari. Kami lekas bergegas menuju tempat lain yang harus kami kunjungi di kota bertuah Cirebon.

(JS)